Wednesday, November 9, 2011

Segenggam Bintang untuk bintangku

Oleh:  Friska Rheinasari

Judul Novel : Segenggam Bintang untuk Bintangku
Penulis         : Diah Putri Ramadhani
Penerbit       : Gemawindu Pancaporkasa
Tahun           : 2009
Tebal isi        : 5 bab, 166 halaman

 Terdapat sebuah kotak hitam mungil bertali biru terduduk manis di atas meja belajar. Kotak itu adalah kotak yang akan disiapkan oleh Windy untuk abangnya Fadli tepat pukul 12.00 malam nanti, karena saat itu Fadli akan berulag tahun yang ke-12.
     Tetapi, ketika Windy akan tidur, Windy mendengar Ayahnya memarahi Fadly. Hal itu sudah tidak heran karena Fadly adalah anak yang bandel (anak yang nakal). Fadly selalu membuat ayahnya marah. Ingin rasanya Windy menarik tangan Fadly untuk menjauh dari ayah supaya Fadly terlepas dari amarah ayah. Hanya untuk malam ini saja.
     Kedekatan Windy dan Fadly tidak disenangi oleh ayahnya, karena ayahnya takut Windy akan terjerumus menjadi anak yang nakal seperti kakaknya.  Memang Fadly mempunya banyak teman yang sangat nakal dan tidak bisa diatur dan seperti anak yang tak terdidik. Tidak pernah Shalat, tidak mendengarkan nasihat orang tua, selalu berkata kotor, dan suka membuat kegaduhan (membuat onar) di lingkungan sekitar.
     Sudah berulang kali bahkan sudah di beri ancaman oleh ayah, Fadly untuk tidak bermain bersama mereka, tetapi Fadly tetap saja bermain bersama mereka. Menurut Fadly ancaman macam apapun hanya sebuah rayuan dan tak pernah benar-benar di berikanm kepadanya.
     Sebenarnya Fadly anaknya tidak seperti itu tetapi karena pengaruh yang di berikan oleh teman-teman di lingkungan sekitar. Masalahnya anak-anak yang ada di lingkungan sekitar begitu (anak nakal, tidak mendengar nasihat orang tua, suka membuat onar, dan suka berbicara tidak sopan/kotor).
     Suatu ketika, ayah memasuki kamar Fadly dan Windy melihat ayah menemukan sebatang rokok di dalam saku celana Fadly, dan karena itu Windy meneteskan air matanya.
     Ketika sudah pukul 06.00 pagi, Windy baru bangun dan ternyata dia telat memberikan kado untuk abangnya Fadly. Windy merasa gagal, tetapi Windy berharap Fadly akan tetap tersenyum dengan apa yang akan diberikan kepada Fadly tentang kado di hari Special Fadly.
     Ketika selesai mandi dan shalat, Windy langsung keluar sambil membawa kado untuk di berikan kepada Fadly. Tetapi saat keluar kamar, Windy melihat rumahnya begitu sepi, memang pada saat itu adalah hari minggu. Windy pun langsung menuju kamar Fadly, tetapi sesampainya di kamar Fadly, Windy tidak melihat Fadly di kamarnya, sehingga menurut Windy, Fadly, Ayah, dan Bundanya sedang lari pagi. Windy pun memutuskan untuk duduk diruang tengah sambil menunggu datangnya salah satu anggota keluarganya. Ketika sudah menunggu sekitar 1 jam, Windy mendengar bahwa ada yang membuka pintu, dan ternyata orang itu adalah pembantunya. Windy pun langsung bertanya kepada pembantunya kemana perginya ayah, bunda, dan fadly, dan pembantu itu pun menjawab. Tetapi ketika pembantu itu menjawab Windy merasa heran, kenapa Fadly membawa koper besar, padahal ini bukan hari kenaikan kelas, tetapi kenapa Fadly membawa koper besar ??

     Windy pun menunggu kedatangan Ayah dan Bundanya, sekitar 1 jam menunggu, Windy mendengar bahwa ada suara mobil yang masuk ke dalam garasi rumah, dan Windy berfikir pasti itu Ayah, Bundanya, dan juga Fadly. Tetapi saat memasuki rumah, Windy melihat tidak ada Fadly, yang kembali kerumah hanya Ayah dan Bunda, Windy pun jadi merasa tidak tenang, sehingga Windy bertnya kemana perginya abangnya, tetapi ayah dan bundanya tidak mau menjawab.
     Windy pun merasa tidak tenang. Ketika ayah dan bundanya sudah beristirahat sebentar, bundanya memberi tahu Windy bahwa Fadly pergi ke Kalimantan untuk tinggal selama beberapa tahun di Kalimantan di rumah pamannya.  Windy pun terkejut, tetapi mengapa Fadly harus tinggal di rumah pamannya ? Ibunya pun menjawab, dan Windy menjadi kaget setelah mendengar cerita bundanya. Fadly pergi ke Kalimantan karena di paksa oleh ayah, dan menurut ayah pamannya dan bibinya lah yang bisa membuat Fadly berubah.

~Beberapa tahun kemudian~

     Nadia adalah temannya Windy. Pada saat itu Nadia merasa ketakutan dan dia menggenggam tangan Windy. Ya tentu saja, karena Nadia baru saja lepas dari para penculik yang akan menculik Nadia. Dan karena itulah Nadia merasa takut. Tetapi karena ada Windy, Nadia jadi merasa agak tenang dan nyaman berada di rumah nya Windy. Dan Windy pun menyuruh Nadia untuk beristirahat sebentar.
    
   
      Rencananya hari ini Pamannya Windy (Adik dari Ayahnya yang bernama Gunawan) akan datang ke Yogyakarta. Mendengar berita itu Windy sangat senang karena di fikirannya pasti dia akan bertemu dengan Fadly dan dia melihat Fadly sudah berubah menjadi anak yang baik, tidak seperti dulu lagi.
     Sore harinya Windy bersama Ayah dan Bundanya pergi ke Bandara untuk menjemput kedatangan pamannya itu. Tetapi sesampainya di Bandara, Windy tidak melihat Bibi (Tante Ridha), keponakannya (Yoga dan Ami), dan juga Fadly. Windy pun merasa kaget dan heran, kenapa tidak ada Fadly. Pada saat itu Windy tidak berani bertanya apapun tentang Fadly tetapi sesampainya di rumah Windy baru akan menanyakan nya. Dan mereka pun langsung pulang.
     Sesampainya di rumah, pamannya langsung masuk kedalam rumah dan ayah menyuruhnya untuk beristirahat di kamar tamu.
Ketika malam harinya, Windy duduk di ayunan sendiri, tetapi ketikan Windy duduk, ternyata pamannya menghampirinya, dan pada saat itu lah Windy bertanya kemana perginya Fadly, dan pamannnya pun menceritakan semua yang telah terjadi selama beberapa tahun ini.
Ketika pamannya sudah selesai berbicara, Windy merasa kaget dan rasanya ingin menangis.
Suatu ketika, Windy dan Pamannya mendengar tangisan bunda, dan Windy bersama pamannya langsung masuk kedalam rumah dan mengejar bunda. Windy dan pamannya tidak tahu apa yang terjadi kepada bunda.
     Karena bunda menangis ayahnya datang dan menghampiri Windy dan juga pamannya dan ayahnya pun menanyakan kenapa isitrinya bisa menangis, gara-gara apa ? Tetapi Windy dan pamannya tidak menjawab karena mereka tidak tahu apa yang terjadi oleh bunda dan ayah pun langsung masuk ke kamar dan mencoba untuk menenangkan bunda Windy.
     Sebelumnya Windy sudah berfikir apakah bundanya mendengar semua pembicaraan Winy dan pamannya ? Tetapi hal itu tidak terlalu di tanggapi oleh Windy karena Windy takut salah dengan fikirannya itu.
     Ketika bundanya Windy sudah tidak menangis ayahnya pun langsung keluar kamar dan langsung memarahi adiknya (paman Windy, Om Gunawan). Pamannya Windy tidak tahu kenapa Ayahnya Windy memarahinya. Dan ternyata Bunda tahu semua apa yang sudah dibicarakan oleh Windy dan Pamannya tadi di luar rumah, dan bundanya menceritakan hal itu kepada ayahnya dan karena itu lah yang membuat bunda menangis dan ayah memarahi paman.
     Ketika paman sudah menceritakan semua yang terjadi oleh Fadly pamannya memutuskan untuk kemmabali ke Kalimantan dan mencari Fadly. Pamannya berjanji jika Fadly tidak pulang kerumah, pamannya akan mencari Fadly kemana pun, bahkan keujung dunia sekalipun.

~Beberapa hari kemudian~

     Ketika pamannya sudah tinggal beberapa hari di Kalimantan tepatnya di rumahnya, Fadly pun datang untuk menemui paman dan juga bibinya.
     Paman dan Bibinya sangat senang karena melihat kedatangan Fadly. Dan bibinya langsung menyuruh Fadly untuk beristirahat dan bersiap-siap untuk ikut makan malam bersama.
    

     Ketika Fadly sudah beristirahat bersama dan sudah mandi. Mereka makan malam bersama. Ketika sudah selesai makan malam, Paman dan Bibinya mengajak Fadly keruang tengah (Ruang keluarga) untuk berbicara, kemanakah perginya Fadly selama ini. Dan Fadly pun menceritakan semuanya.
     Ketika Fadly menceritakan semuanya, paman dan bibinya merasa senang karena sekarang Fadly sudah berubah menjadi anak yang baik. Dan keesokan harinya Fadly pun memutuskan untuk pulang ke Yogyakarta dengan rasa takut tetapi senang karena dia akan bertemu dengan bunda, ayah, dan juga adiknya. Karena sudah 5 tahun tidak bertemu.
     Ketika Fadly sudah sampai di Yogyakarta, Fadly bertemu sahabat lamanya yang dulu menjadi preman dan sekarang pun tetap menjadi preman. Fadly sempat di ajak oleh sahabat lamanya untuk menjadi preman seperti dulu, tetapi Fadly tidak mau karena sekarang dia sudah berubah. Jadi Fadly menolak untuk ikut.
     Ketika di perjalanan menuju rumahnya, Fadly bertemu dengan Windy, Windy pun terkejut karena bisa bertemu dengan kakak nya yang sudah lama tidak bertemu. Windy pun langsung mengajak Fadly untuk pulang kerumah bersama dia. Fadly pun menurut kata-kata Windy.
     Sesampainya dirumah, Windy pun langsung masuk ke dalam rumah sambil mengajak Fadly, dan yang menyambut kedatangan mereka berdua adalah bundanya. Bundanya terkejut ketika melihat Windy bersama Fadly. Dan bundanya pun langsung memeluk Fadly.
    

     Sesudah bunda memeluk Fadly, bunda pun menyuruh Fadly untuk masuk ke kamar dan beristirahat, dan bersiap-siap untu makan malam bersama. Tetapi Fadly merasa takut karena dia yakin ayahnya tidak menerima kedatangan dia di rumahnya karena atas perbuatannya yang dulu.
     Ketika ayah datang dan melihat Fadly, ayah pun langsung memarahi Fadly dan ayahnya menyuruh Fadly untuk keluar dari rumahnya, tetapi bundanya melarang. Karena ayah emosi ayah langsung masuk ke dalam kamar dan beristirahat. saat malam harinya, Fadly menceritakan semua hal yang terjadi kepada dirinya selama di Kalimantan.
     Fadly pernah masuk penjara karena mencuri. Di dalam sel penjara tersebut teman-teman Fadly juga ada disana. Karena Fadly merasa teman-temannya itu lah yang selalu ada buat dia, saat dia susah maupun senang.
      Ketika pamannya mengetahui hal tersebut pamannya membiarkannya di dalam penjara selama beberapa bulan. Setelah beberapa bulan, pamannya mengeluarkan nya dari penjara dengan jaminan, tetapi dia tidak mau. Dan dengan sangat terpaksa, Fadly pun keluar dari penjara dan ikut pulang bersama om dan tantenya.
Sesampainya di rumah paman, pamannya menyuruh Fadly untuk membereskan barang-barangnya karena Fadly akan dipulangkan ke Yogyakarta. Tetapi Fadly tidak mau. Karena ketidak mauan Fadly, Fadly memutuskan untuk kabur dari rumah pamannya. Dan Fadly hidup sendirian di jalanan.Fadly membuat rumah dari kardus-kardus bekas. Karena uangnya sudah habis, ia memutuskan untuk keluar gubugnya dan mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang. Di perjalanan, dia melihat begitu banyak sandal di salah satu Masjid yang ada di kampun itu dan Fadly memutuskan untuk mencuri sandal itu. Setelah mencuri sandal itu, Fadly mendapatkan begitu banyak uang.
     Keesokan harinya Fadly pun mengambil lagi sandal-sandal tersebut di masjid, tetapi ketika dia melihat, begitu banyak sandal tetapi di dalam masjid tidak banyak orang. Tetapi Fadly tidak mempusingkan dengan hal tersebut. Fadly pun langsung mengambil sandal-sandal itu, ketika sudah mengambil sandal itu, Fadly pun di kejutkan dengan adanya seseorang yang menyekap dia dengan karung. Saat itu dia pingsan, ketika dia bangun dari pingsan, dia bertanya dia ada dimana. Tetapi tidak seorang pun yang menjawab, sampai seketika seorang Kiai yang berbicara.
        Keesokan harinya Fadly di panggil oleh Kiai dan Kiai itu menyuruh Fadly untuk bercerita kenapa dia bisa mencuri sandal para santri.
Setelah Fadly menceritakan hal tersebut, dan dia diberi hukuman oleh Kiai selama 1 minggu. Tetapi baru 3 hari menjalan kan hukuman, Fadly merasa sudah capek dan ingin kabur tetapi ketika dia ingin kabur, hati dia merasa ingin tetap berada di Pesantren ini.
Sampai ketika dia berada di depan pintu masjid, Fadly meneteskan air matanya yang sehingga membuat semua para santri menjadi heran dan kaget, Fadly ingin sekali belajar Agama Islam dan dia  mencoba untuk mempelajarinya, sampai ada Santri yang mengajarkan dia untuk Shalat dan Mengaji.Ketika dia sudah bisa semua dan dia juga sudah mengetahui tentang Agama Islam, sekarang Fadly menjadi anak yang baik dan juga Sholeh.”
       Ketika Fadly sudah menceritakan semuanya, ternyata Ayahnya mendengarkanya. Ketika pagi hari, Fadly bangun untuk melakukan Shalat Subuh, tetapi perasaan Fadly, seperti ada orang yang melihat dia Shalat, tetapi dia tidak tahu siapa, sampai dia selesai Shalat Subuh.
    

   
      Ketika dia sudah selesai Shalat Subuh dia keluar kamar dan langsung menuju ruang makan untuk sarapan. Dia memakan Nasi Goreng yang dia piker yang membuat Nasi Goreng itu adalah Bunda atau pun Windy, ternyata pikiran dia salah. Sebeanarnya yang membuat Nasi Goreng itu adalah Ayah Fadly. Fadly begitu senang.
     Sampai akhirnya Ayah, Bunda, Fadly, dan Windy menjadi Keluarga yang Harmonis. Seperti keluarga-keluarga yang lainnya.

~TAMAT~

Pelajaran yang bisa kita petik dari cerita ini adalah Kita harus menjadi diri sendiri, meski pun teman-teman di lingkungan sekitar tidak baik. Dengan hanya ingin mendapatkan teman bukan berarti kita harus mengikuti gaya hidup mereka yang tidak baik juga bukan ? Jadilah diri sendiri dan menjadi anak yang berguna untuk nusa bangsa dan agama kita juga bisa melakukan hal-hal yang positif”

6 comments: